Ringkasan Materi

A. Isi teks
Isi teks adalah pokok-pokok yang terkandung dalam teks atau bacaan. Untuk mengetahui
apakah seorang siswa telah memahami isi teks dapat diukur dengan kemampuan untuk
menentukan pernyataan yang sesuai dengan isi teks, menentukan pertanyaan yang
berkaitan dengan isi teks, menjawab pertanyaan tentang isi teks, menyimpulkan isi teks,
menentukan tema teks dan membuat inti sari teks. Inti sari teks adalah bagian yang
terpenting dari sebuah teks. Oleh sebab itu apabila seorang siswa sudah mampu
menentukan intisari teks berati ia telah memahami isi dengan benar.

B. Gagasan utama
Gagasan utama atau pikiran pokok adalah masalah yang dibahas dalam sebuah karangan.
Gagasan utama atau pikiran pokok biasanya dituangkan ke dalam kalimat yang disebut
kalimat utama. Menurut letaknya, pikiran utama dapat terletak pada awal paragraf
(paragraf deduksi), akhir paragraf (paragraf induksi), awal dan akhir paragraf (paragraf
campuran induksi dan deduksi) atau pada seluruh paragraf (paragraf deskripsi).

C. Tujuan penulisan
Setiap karangan ditulis ada maksud atau tujuan tertentu. Ada penulis yang berusaha untuk
mempengaruhi pembaca agar berbuat sesuatu seperti yang diinginkan penulis. Tulisan
yang demikian digolongkan ke dalam jenis karangan argumentasi. Di lain pihak, ada
penulis yang hanya sekedar memberikan informasi kepada pembaca dan tulisan yang
demikian digolongkan ke dalam jenis karangan eksposisi. Demikian seterusnya. Jadi ada,
keterkaitan antara tujuan penulisan karangan dengan jenis karangan.

D. Tanggapan terhadap isi teks
Memberikan tanggapan terhadap isi teks berarti memberikan pendapat dari sudut
pandang pembaca. Misalnya dalam menanggapi teks yang berisi uraian tentang pengaruh
tayangan televisi terhadap tingkah laku remaja, tanggapan yang dapat diberikan antara
lain dari sudut pandang pendidikan, moral, agama, etika, dan sebagainya.

KOMPETENSI 2
Siswa mampu memahami pengumuman dengan mamahami isi, tujuan, dan bahasa.
Ringkasan Materi
A. Menentukan tujuan penulisan pengumuman
Pengumuman pada umumnya bertujuan untuk memberitahukan suatu hal yang dianggap
penting, baik tentang pelaksanaan suatu kegiatan, pemberitahuan tentang kehilangan,
pindah alamat, duka cita, dan sebagainya. Penggunaan ragam bahasa pengumuman harus
disesuaikan dengan tujuan pengumuman tersebut.
B. Isi pengumuman
Isi pengumuman sesuai dengan tujuannya. Misalnya ada pengumuman yang berisi
pemberitahuan tentang penerimaan karyawan oleh sebuah perusahaan. Ada pula
pengumuman yang berisi pemberitahuan tentang akan diadakannya suatu acara. Kadangkadang
pengumuman juga dimaksudkan sebagai iklan oleh pembuatnya, misalnya
pengumuman yang berisi pemberitahuan tentang perpidahan alamat suatu perusahaan.
Jadi pada hakikatnya pengumuman dapat berisi dua hal yaitu pemberitahuan dan iklan.

C. Penggunaan bahasa pengumuman
Agar efektif, sebaiknya pengumuman menggunakan bahasa yang bersifat komunikatif,
artinya mudah dipahami oleh pembacanya. Efektivitas pengumuman ditentukan juga oleh
penggunaan kata atau frasa yang tidak ambigu. Hindarkan pula penggunaan kata-kata
yang tidak perlu.
Hal yang lebih penting lagi ialah ragam bahasa yang digunakan dalam membuat
pengumuman harus disesuaikan dengan isi dan tujuan pengumuman tersebut. Jika
pengumuman bersifat resmi maka bahasa yang digunakan hendaknya ragam bahasa
resmi. Demikian pula sebaliknya, jika pengumuman bersifat tidak resmi maka bahasa
yang digunakan juga ragam bahasa tidak resmi.

KOMPETENSI 3

Siswa mampu menulis berbagai bentuk karangan dengan memperhatikan ejaan, tanda
baca, penggunaan imbuhan, bentuk kata, istilah, kategori, fungsi, peran kata, kata
penggolong, kata penghubung, frase, kalusa, kalimat, dan paragraf.

Ringkasan Materi
A. Ejaan dan tanda baca
1. Ejaan adalah kaidah penggunaan lambang bunyi atau huruf dalam penulisan dan
pengucapan atau pelafalan dalam penggunaan bahasa lisan. Dalam bahasa tulis,
penggunaan huruf secara tepat sangat mempengaruhi maksud atau isi tulisan
(karangan). Kaidah penggunaan ejaan dan tanda baca ini secara lengkap tercantum
dalam Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau disingkat EYD.
Kesalahan penggunaan huruf kapital sering terjadi pada penulisan singkatan dan
akronim, penulisan gelar, jabatan, dan nama. Oleh sebab itu, dalam penulisan hal-hal
tersebut sangat dianjurkan untuk memperhatikan kaidah penulisaannya dengan
memperhatikan EYD.
Demikian pula dalam bahasa lisan, ketepatan ucapan atau pelafalan sangat penting
sebab bunyi bahasa atau fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna kata
(bersifat distingtif). Untuk ketepatan pelafalan dapat digunakan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) sebagai acuan.

2. Intonasi
Intonasi atau lagu kalimat ada tiga macam, yaitu intonasi berita, intonasi tanya, dan
intonasi perintah. Dalam bahasa tulis, intonasi dinyatakan dengan tanda-tanda baca.
Sering kali penggunaan tanda baca saja belum cukup untuk menunjang ketepatan
makna kalimat misalnya penjedaan yang lebih pendek dari tanda koma (,). Penjedaan
semacam itu biasanya digunakan tanda garis miring (/) untuk kepentingan praktis.

3. Penulisan singkatan dan akronim
Seperti telah dikatakan di atas, kaidah penulisan singkatan dan akronim diatur dalam
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan atau disingkat EYD. Hal
yang berkaitan erat dengan penulisan singkatan dan akronim adalah penggunaan
huruf kapital dan tanda baca terutama tanda titik (.) dan koma (,). Singkatan yang
pengucapannya seperti kata disebut akronim.

B. Bentuk kata
1. Kata berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang telah dibubuhi imbuhan atau afiks baik yang
berupa awalan (prefiks), sisipan (infiks), akhiran (sufiks), maupun gabungan dari dua
atau ketiga imbuhan tersebut. Pembahasan kata berimbuhan berkisar pada proses
pembentukannya, makna gramatikalnya, dan penggunaannya secara tepat.
a) Proses pembentukan kata berimbuhan
Dalam proses pembentukan kata berimbuhan sering menimbulkan terjadinya
alomorf atau variasi bentuk morfem. Alomorf ini timbul akibat proses nasalisasi
atau munculnya bunyi nasal (sengau) yang menyertai proses pembentukan kata
berimbuhan tersebut.

Penggunaan kata berimbuhan
Kata dasar yang telah mendapat imbuhan akan berubah maknanya sesuai dengan
imbuhan yang dilekatkannya. Perubahan makna tersebut dinamakan makna
gramatikal. Oleh sebab itu penggunaan kata dasar dan kata berimbuhan dalam
kalimat menjadi berbeda.

Kata berimbuhan yang ambigu
Pengertian ambigu ialah memiliki dua makna atau lebih. Jadi kata berimbuhan
yang ambigu adalah kata berimbuhan yang mengandung makna lebih dari satu
meskipun digunakan dalam kalimat yang sama.

Makna kata berimbuhan
Seperti dijelaskan di atas, bahwa proses pembentukan kata berimbuhan selalu
menimbulkan makna baru (makna gramatikal). Makna gramatikal ini juga
dipengaruhi oleh konteksnya atau penggunaannya dalam kalimat.

2. Kata serapan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah yang
yang menjadi kosakata bahasa Indonesia baik melalui proses adaptasi atau
penyesuaian dalam pelafalan dan atau penulisan, maupun adopsi yaitu tanpa
penyesuaian pelafalan dan penulisan.
Kata yang diadaptasi misalnya:
export _ ekspor
class _ kelas dan sebagainya
Kata yang diadopsi biasanya merupakan istilah, misalnya:
ion _ ion
urine _ urine dan sebagainya

Makna kata serapan
Makna kata serapan pada umumnya sama dengan makna kata aslinya. Makna kata
serapan dapat dicari dalam KBBI maupun kamus bahasa asing – Indonesia.
3. Kata ulang
Kata ulang adalah kata dasar atau bentuk dasar yang diulang baik seluruhnya maupun
hanya sebagian, berkombinasi dengan imbuhan maupun tidak, mengalami perubahan
bunyi maupun tidak. Berdasarkan batasan di atas, maka kata ulang selalu memilki
kata dasar atau bentuk dasar.

Bentuk kata ulang
Menurut proses pembentukannya, kata ulang dibedakan atas:
kata ulang utuh (murni) : kuda-kuda, rumah-rumah, anak-anak
kata ulang berimbuhan : mobil-mobilan, orang-orangan
kata ulang berubah bunyi : kelap-kelip, sayur-mayur, lauk-pauk
kata ulang sebagian : berlari-lari, tembak-menembak, melambai-lambaikan

4. Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu. Karena sifatnya yang
khas, istilah berbeda dengan kata. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel
berikut:

NO ISTILAH KATA
Tidak terikat konteks Terikat konteks
Tidak berkonotasi sosial Berkonotasi sosial
Bersifat monosemantik Bersifat polisemantik
. Berlaku umum baik secara nasional
maupun internasional
Berlaku khusus dalam masyarakat
bahasa yang bersangkutan

C. Kategori kata
Dalam pembagian kategori kata atau jenis kata, para ahli mempunyai pendapat yang
berbeda-beda, ada yang mengatakan ada empat kategori kata, ada yang delapan, dan ada
pula yang membagi menjadi sepuluh kategori kata. Sebagai acuan yang umum dalam
pendidikan di tingkat SMA digunakan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI).
Menurut TBBI, Bahasa Indonesia memiliki empat kategori utama, yaitu (1) verba atau
kata kerja, (2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, dan adverbia. Di
samping itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa subkelompok yang lebih kecil, misalnya preposisi atau kata depan, konjungsi
atau kata sambung, dan partikel.

D. Fungsi kata
Fungsi kata adalah fungsi atau kedudukan kata dalam kalimat. Pada umumnya fungsi
kata juga disebut jabatan kata dalam kalimat, seperti: subjek, predikat, objek, keterangan,
dan pelengkap. Jadi fungsi kata bersifat sintaksis.
Contoh:
Dengan berlepas tangan, Amin mengendarai sepedanya di jalan raya.
keterangan cara S predikat objek keterangan tempat

E. Peran kata
Selain memiliki fungsi, kata juga memiliki peran dalam kalimat, yaitu apakah kata
tersebut berperan sebagai pelaku, penderita, pelengkap, penyerta, atau sebagai penjelas.
Contoh: Anak-anak belajar Bahasa Indonesia dengan tertib.
Pelaku pelengkap penjelas

F. Kata penggolong
Bahasa Indonesia memiliki kata penggolong seperti orang untuk manusia, ekor untuk
binatang dan sebagainya. Misalnya seorang manusia, seorang pedagang, seekor kera,
seekor ular, sepasang sepatu, dua butir telur, dan sebagainya.

G. Kata penghubung
Kata penghubung adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata,
frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan
paragraf. Kehadiran kata penghubung dalam klausa, kalimat ataupun paragraf,
menentukan sifat hubungan klausa, kalimat, atau paragraf tersebut.
Contoh:
Kata penghubung yang menyatakan pertentangan : tetapi,
Kata penghubung yang menyatakan waktu : ketika,
Kata penghubung yang menyatakan perbandingan : daripada

H. Frase
Frase adalah gabungan dua kata atau lebih yang menduduki fungsi tertentu dalam kalimat
dan tidak melampaui batas klausa.

Contoh: Minggu depan / Anis dan Duma / akan membuat / nasi goreng
K S P O
Kalimat di atas terdiri dari empat frase. Minggu depan menduduki fungsi sebagai
keterangan dan merupakan frase bertingkat karena hubungan kedua kata yang
membentuk frase tersebut diterangkan dan menerangkan. Anis dan Duma menduduki
fungsi sebagai subjek dan merupakan frase setara karena kata yang satu tidak
menerangkan kata yang lain. Frase akan membuat dan nasi goreng adalah frase
bertingkat karena kata yang satu menerangkan yang lain.

Klausa
Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurang-kurangnya terdiri
atas subjek dan predikat dan berpotensi menjadi kalimat. Dalam kalimat majemuk setara
ada tiga macam hubungan antara klausa-klausa yang membentuknya, yaitu hubungan
penjumlahan, perlawanan, dan pemilihan, sedangkan dalam kalimat majemuk bertingkat
terdapat berbagai macam hubungan antara klausa-klausa yang membentuknya. Hubungan
antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat antara lain menyatakan hubungan waktu,
syarat, cara, tujuan, alat dan sebagainya.

Kalimat Dasar (Kalimat inti)
Menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia kalimat adalah satuan bahasa terkecil,
dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Kalimat dasar yakni kalimat yang tidak disertai unsur keterangan baik keterangan subjek,
predikat ataupun objek. Kalimat dasar merupakan struktur yang paling pokok. Artinya
struktur dasar meliputi unsur subjek, predikat atau dan objek serta pelengkap.
Contoh:
(1) Pencarian korban banjir di Bukit Lawang, Kecamatan Bahorok, Sumatera Utara
masih terus berlanjut.
Apabila unsur keterangan ditiadakan pada contoh kalimat di atas akan tinggal unsur
pokok yang berupa kalimat pendek (lihat 1b).
(1a) Pencarian korban banjir masih terus berlanjut.
(1b) Pencarian berlanjut.

Jadi kalimat (1) apabila ditiadakan unsur keterangannya akan menjadi kalimat dasar yang
berpola S, P. Demikian sebaliknya, dari kalimat dasar dapat diperluas dengan menambah
unsur keterangan.

K. Macam-macam pola kalimat dasar (tunggal)
(1) Kalimat dasar berpola S P O K
S P O K
(1a) Guru itu memperlakukan kami dengan baik.
(1b) Dina mengirimkan uang kepada orang tuanya.
(2) Kalimat dasar berpola S P O Pel
S P O Pelengkap
(2a) Robertus mengirimi ibunya uang.
(2b) Siska mengambilkan adiknya air minum.
(3) Kalimat dasar berpola S P K
S P K
(3a) Peristiwa banjir terjadi di Medan.
(3b) Kami tinggal di Jakarta.
(4) Kalimat dasar berpola S P Pel
S P Pel
(4a) Pak Ferdinan menjadi ketua koperasi.
(4b) Pancasila merupakan dasar negara kita.
(5) Kalimat dasar berpola S P O
S P O
(5a) Andy membeli sepeda baru.
(5b) Kita memerangi kemiskinan.
(6) Kalimat dasar berpola S P
S P
(6a) Dia seniman.
(6b) Bumi berputar.

(1) Kalimat dasar berpola S P O K
S P O K
Guru itu memperlakukan kami dengan bai
Dina mengirimkan . uang orang tuanya.

(2) Kalimat dasar berpola S P O Pel
S P O Pelengkap
Robertus mengirimi ibunya uang.
Siska mengambilkan adiknya air minum

(3) Kalimat dasar berpola S P K
S P K
Peristiwa banjir terjadi di Medan
Kami tinggal di Jakarta.

(4) Kalimat dasar berpola S P Pel
S P Pelengkap
Pak Ferdinan menjadi ketua koperasi.
Pancasila merupakan dasar negara kita.

(5) Kalimat dasar berpola S P O
S P O
Andy membeli sepeda baru
Kita memerangi kemiskinan

(6) Kalimat dasar berpola S P
S P
Dia seniman
Bumi berputar

L. Kalimat tunggal dan majemuk
Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat
majemuk.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
Contoh:
Guru bahasa Indonesia kami akan dikirim ke luar negeri.
Saya sedang mengikuti tes uji kompetensi guru.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.
Kalimat majemuk masih dibedakan lagi atas kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk setara (koordinatif) adalah penggabungan dua klausa atau lebih yang
masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur kalimat

Contoh kalimat majemuk setara (koordinatif):
Saya datang ke rumah Anda atau Anda datang ke rumah saya.
Kalimat (1) tersebut dapat dikembalikan menjadi dua buah kalimat tunggal.
(1a) Saya datang ke rumah Anda.
(1b) Anda datang ke rumah saya.

Kalimat Majemuk Bertingkat (subordinatif)
Kalimat Majemuk Bertingkat (subordinatif) yaitu menggabungkan dua klausa atau lebih
sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa
yang lain. Klausa-klausa pada kalimat ini kedudukannya tidak setara.

Contoh:
(2a) Ibu mengatakan (sesuatu).
(2b) Saya menjaga adik dengan baik.
(2c) Ibu mengatakan bahwa saya menjaga adik dengan baik.
Kalimat (2c) disebut kalimat majemuk bertingkat (subordinatif), hasil penggabungan (2a)
dan (2b)

Konjungtor yang digunakan untuk menggabungkan klausa subordinatif dengan klausa
utama sebagai berikut
a. Konjungtor waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika.
b. Konjungtor syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala.
c. Konjungtor pengandaian: andaikan, seandainya, andaikan, sekiranya.
d. Konjungtor tujuan: agar, supaya, biar.
e. Konjungtor konsesif: biarpun, meski(pun), sungguhpun, sekalipun, walaupun,
kendati(pun).
f. Konjuntor perbandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai,
bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat.
g. Konjungtor sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena.
h. Konjungtor hasil atau akibat: sehingga, sampai (-sampai).
i. Konjungtor cara: dengan, tanpa.
j. Konjungtor alat: dengan, tanpa.

M. Kalimat aktif dan pasif
Kalimat aktif merupakan kalimat dasar, sedangkan kalimat pasif merupakan kalimat
ubahan dari kalimat aktif.
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya merupakan pelaku perbuatan yang
dinyatakan oleh predikat.
Kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba transitif (kata
kerja yang memerlukan objek)
Contoh:
(1) Dosen itu mengangkat seorang asisten baru.
(2) Saya harus menyelesaikan tugas ini.
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku, tetapi
sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikat.
Contoh:
(1a) Seorang asisten baru diangkat oleh dosen itu.
(2a) Tugas ini harus saya selesaikan.
Pemasifan dalam bahasa Indonesia dilakukan dengan dua cara: (1) menggunakan verba
tanpa prefiks di – seperti contoh (2a)
Selain contoh (1a) dan (2a) di atas perhatikan contoh kalimat pasif berikut ini.
(3) Kaki saya tersandung batu.
(4) Mereka kedinginan dari tadi.
Pada kalimat (3) dan (4) subjeknya dikenai (sasaran) perbuatan yang dinyatakan
predikat. Kaki saya (kalimat 3) dan mereka (kalimat 4) subjeknya menjadi sasaran.

N. Kalimat Korelatif
Kalimat korelatif adalah kalimat yang dihubungkan dengan konjungtor korelatif yang
memiliki status sintaksis yang sama. Konjungtor korelatif terdiri atas dua bagian yang
dipisahkan oleh salah satu kata, frase, atau klausa.
Contoh konjungtor korelatif:
baik … maupun … sedemikian rupa … sehingga …
tidak hanya … , tetapi juga … apa (kah) … atau …
bukan hanya … , melainkan juga … entah … entah …
demikian … sehingga … jangankan … pun …
Contoh dalam kalimat:
1. Baik saya maupun dia suka bekerja keras.
2. Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh.
3. Anak itu larinya demikian kencang sehingga sangat sukar untuk dikejar.
4. Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa sehingga hasilnya benar-benar baik.
5. Apa (kah) Anda setuju atau tidak, kami akan jalan terus.
6. Entah disetujui entah tidak, kami akan mengusulkan proposal ini.
7. Jangankan saya, teman dekatnya pun tidak diberi tahu.

P. Kalimat Ambigu
Kalimat ambigu adalah kalimat yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh: Yang duduk di depan kakak ibu.
Kalimat tersebut memiliki dua pengertian
1. Yang duduk di depan adalah kakak ibu atau bibi.
2. Yang duduk di depan kakak adalah ibu.
Kalimat ambigu terjadi karena hubungan makna antara katanya tidak jelas. Kalimat
ambigu dapat diperbaiki dengan cara memperjelas hubungan antara kata-kata
pembentuknya dengan memberi tanda koma dan mengubah kata-katanya.
Contoh:
1. Tahun ini uang sekolah siswa baru saja dinaikkan.
Kalimat ini mempunyai makna ganda yaitu:
1a. Uang sekolah siswa baru itu saja yang dinaikkan. Uang sekolah siswa lama tidak dinaikkan.
1b. Uang sekolah siswa itu baru saja dinaikkan. Artinya uang sekolah belum lama dinaikkan.

Oleh karena itu, kalimat tersebut harus diubah menjadi:
1c. Tahun ini uang sekolah siswa – baru saja yang dinaikkan. Uang sekolah siswa lama tidak
dinaikkan.
1d. Uang sekolah siswa baru tahun ini baru saja dinaikkan.

Q. Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.
Syarat-syarat paragraf di antaranya memiliki:
a. kesatuan paragraf
b. kepaduan paragraf
Kesatuan paragraf berarti hanya terdapat satu pokok pikiran atau satu gagasan utama.
Gagasan penjelas harus mendukung gagasan utama. Demikian halnya kalimat-kalimatnya
perlu ditata secara cermat agar tidak ada satupun kalimat yang menyimpang dari gagasan
utama.
Kepaduan (koherensi) paragraf dapat dibentuk melalui susunan kalimat yang logis. Agar
terjadi kalimat yang padu dapat mengaitkan dengan menggunakan kata penghubung, kata
kunci, dan kata ganti diusahakan dalam paragraf tidak terdapat kalimat yang sumbang
atau yang menyimpang.

KOMPETENSI 4
Ringkasan Materi
A. Isi Surat
Surat adalah alat untuk menyampaikan suatu maksud secara tertulis barupa permintaan,
pertanyaan, pertimbangan, lamaran, penolakan dan sebagainya.
Berdasarkan sifat isinya surat dibedakan atas :
(1) Surat dinas, memuat persoalan kedinasan/intasi pemerintah.
(2) Surat pribadi:
1.1. Bersifat kekeluargaan, persahabatan, dan pekenalan (tidak resmi).
1.2. Bersifat resmi, misalnya surat lamaran pekerjaan, surat permohonan.
(3) Surat niaga, memuat persoalan niaga/usaha.
(4) Surat sosial, dibuat pelbagai lembaga sosial
(5) Surat pengantar, surat berbentuk daftar untuk mengirimkan sesuatu bersama surat.
Bagian isi surat terdiri atas;
a. Alinea pembuka
Alinea pembuka ini berfungsi sebagai pengantar isi surat untuk menarik perhatian
pembaca kepada pokok surat.
Untuk menarik perhatian pembaca kepada pokok surat.
Contoh alinea pembuka:
– Dengan ini kami beritahukan bahwa …
– Sesuai dengan …
– Dengan sangat menyesal …
– Bersama ini kami sampaikan …

Kelompok kata bersama ini dan dengan ini sering dikacaukan pemakaiannya.
Bersama ini dipakai apabila pada surat itu ada sesuatu yang dilampirkan.
Contoh alinea pembuka pada surat balasan:
– Berkenaan dengan surat Saudara tanggal …
– Membahas surat Saudara …
– Menjawab surat Saudara …
– Berhubung dengan surat Saudara…

b. Surat sesungguhnya
Isi surat sesungguhnya memuat sesuatu yang dibutuhkan, dikemukakan, ditanya,
diminta, dan lain-lain yang disampaikan kepada penerima surat. Isi surat singkat, jelas
dan sopan. Isi disusun dengan ungkapan yang singkat tetapi jelas. Gunakan istilah
yang mudah dipahami hindari istilah yang belum lazim sehingga menyulitkan
pembaca memahami maksud surat.

c. Alenia penutup
Alenia penutup merupakan kesimpulan yang berfungsi sebagai kunci isi surat atau
penegasan isi surat. Alenia penutup juga dapat mengandung harapan atau ucapan
terimakasih kepada penerima surat
Contoh alinea penutup:
– Atas perhatian saudara, kami ucapkan …
– Demikianlah surat ini, kami sampaikan …
– Harapan kami, semoga …
Namun perlu diperhatikan seringkali kalimat penutup surat berbunyi atas
perhatiannya, kami ucapkan …
Penggunaan -nya pada penutup tidak tepat sebagai pengganti ketiga sedangkan surat
ditujukan kepada orang kedua.

B. Bahasa surat
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat mengirim surat:
1. Susunan kata dan pemakaian kata tepat.
2. Isinya singkat, sederhana, dan padat.
3. Hindari kata yang menyinggung perasaan orang lain.
4. Maksud kalimat surat jelas.
5. Menggunakan ejaan dan tanda baca dengan benar.
6. Bahasanya sopan.
7. Hindarilah penggunaan singkatan dan akronim
8. Bentuknya rapi.

C. Bentuk surat
Yang dimaksud bentuk surat, ialah susunan letak atau posisi bagian-bagian surat.
Bentuk surat resmi sesuai pada dasarnya merupakan bentuk variasi sebagai berikut
1. Bentuk setengah lurus dengan bagian alamat surat ditempatkan di bagian kanan atas,
di bawah nama tempat dan tanggal surat.
2. Bentuk setengah lurus dengan bagian alamat surat ditempatkan di sebelah dari
vertikal di bawah nomor dan perihal surat.
3. Bentuk setengah lurus yang mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan jenis surat resmi
tertentu seperti surat keputusan, instruksi, surat tugas, pengumuman dan surat
pengantar.

1) Jakarta, 6 November 2003
2) Hal : Lamaran Pekerjaan
3) Lampiran : Satu berkas

4) Yth. Pemasangan Iklan Harian Kompas
PO BOX 5461 Jkt 11043
Jakarta

5) Dengan Hormat,
6) Setelah membaca iklan yang dimuat dalam harian Kompas tanggal 4 November 2003, yang isinya menyatakan bahwa perusahaan bapak memerlukan seseorang sekretaris maka yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : Anita F.S
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Februari 1978
Alamat : Jalan Yudistira No. 14 Jakarta
Pendidikan : Akademi sekretaris

6) Dengan ini mengajukan permohonan untuk diterima sebagai sekretaris pada perusahaan yang bapak pimpin karena saya dapat memenuhi semua syarat yang ditentukan.

Bersama ini saya lampirkan:
1. daftar riwayat hidup
2. fotokopi ijazah sekretaris
3. surat keterangan berkelakuan baik dari Polisi
4. tiga lembar pas foto terakhir

7) Atas segala perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.
8) Hormat kami,
ttd
9) Ir. Bangun, M.S.

Unsur-unsur surat lamaran tersebut antara lain:
1. tempat dan tanggal lahir 6. isi surat
2. pokok surat (no, hal dan lampiran) 7. penutup surat
3. alamat yang dituju 8. salam penutup
4. salam pembuka 9. Nama dan tanda tangan
5. pembuka surat

E. Surat Balasan
Selain contoh surat resmi di atas perhatikan contoh surat balasan berikut ini:
1. Penggalan surat balasan panggilan kerja

Dengan hormat,
Setelah kami mempertimbangkan lamaran saudara maka kami beri
tahukan bahwa saudara diterima sebagai karyawan di kantor kami.
Untuk pembicaraan selanjutnya, kami mengharapkan kehadiran
saudara di kantor kami pada hari …, tanggal …, pukul ….
2. Penggalan surat balasan penolakan lamaran kerja

Sehubungan dengan sural lamaran Saudara tanggal …. Dengan sangat
menyesal kami beri tahukan bahwa lowongan pekerjaan sebagaimana
dimaksudkan dalam iklan kami pada harian … tanggal … telah terisi.
Kami mengucapkan terima kasih atas perhatian Saudara terhadap iklan
tersebut.
3. Surat balasan panggilan wawancara

Berkenaan dengan surat lamaran Saudara tanggal …, dengan ini kami
mengharapkan kedatangan Saudara di kantor kami pada hari …, tanggal
…., pukul … untuk wawancara.
Pada kesempatan tersebut hendaknya saudara membawa semua surat
keterangan asli

KOMPETENSI 5
Ringkasan Materi
A. Pengertian Resensi
Resensi berasal dari bahasa latin yaitu kata kerja revidere atau resucere. Artinya melihat
kembali, menimbang, atau menilai. Meresensi buku dapat berarti memberikan penilaian,
mengungkapkan kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku dengan maksud
memberikan informasi isi buku kepada masyarakat luas.
Istilah resensi dikenal juga dengan sebutan timbangan buku, tinjauan buku, pembicaraan
buku, dan bedah buku.
Sebenarnya, bidang garapan resensi bukan hanya buku. Bidang garapan resensi dapat
dikelompokkan menjadi 3 tiga bagian, yaitu (1) buku, baik fiksi maupun nonfiksi, (2)
pementasan seni, seperti film, sinetron, tari, drama, musik, atau kaset, (3) pameran seni,
baik seni lukis maupun seni patung.
B. Tujuan Resensi
1. Memberikan informasi atau pemahaman tentang apa yang diungkapkan dalam sebuah
buku.
2. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat
sambutan.
3. Mengajak membaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan problema
yang muncul dalam sebuah buku.
C. Bahasa Resensi
Bahasa resensi biasanya singkat, padat, dan tegas, menarik, mudah ditangkap, dan enak
dibaca. Pemilihan karakter bahasa disesuaikan dengan karakter pembaca yang akan
menjadi sasaran. Pemilihan karakter bahasa berkaitan erat dengan masalah penyajian
tulisan. Misalnya, kalimat runtun, ejaannya benar dan tidak berpanjang lebar (berteletele).

D. Langkah-langkah Merensensi
Langkah-langkah merensensi buku sebagai berikut:
1. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku mulai dari tema buku, identitas penerbit,
siapa pengarang, dan golongan buku (ekonomi, pendidikan, bahasa dan lain-lain).
2. Membaca buku secara komprehensif, cermat dan teliti.
3. Menandai bagian-bagian buku yang dianggap khusus atau penting.
4. Membuat sinopsis atau intisari buku.
5. Menentukan sikap dan menilai organisasi penulisan isi, bahasa, dan aspek teknis.
6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi.
E. Unsur-unsur resensi
Unsur-unsur yang diresensi:
1. Membuat judul resensi menarik dan menjiwai tulisan.
2. Menyusun data buku (judul, pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal buku dan harga
kalau perlu).
3. Membuat pembukaan. Misalnya memperkenalkan pengarang dan karyanya,
membandingkan dengan buku sejenis, memaparkan sosok pengarang dan keunikan
buku, merumuskan tema buku, mengungkapkan kesan, mengajukan pertanyaan, dan
membuka dialog.
4. Tubuh dan isi resensi antara lain: sinopsis, ulasan singkat, keunggulan dan kelemahan
buku, serta tinjauan bahasa.
5. Penutup resensi.
Bagian penutup biasanya berisi buku tersebut penting untuk siapa dan mengapa.

KOMPETENSI 6
Ringkasan Materi
A. Pengertian Laporan
Laporan adalah segala sesuatu yang dilaporkan dari seseorang atau suatu badan hukum
sehubungan dengan tugas yang dibebankan kepadanya.
B. Fungsi laporan
a. memberitahukan atau menjelaskan dasar penyusunan, kebijakan, keputusan atau
pemecahan masalah.
b. memberitahukan atau menjelaskan pertanggungjawaban tugas dan kegiatan.
c. merupakan bahan untuk pendokumentasian.
d. merupakan sumber informasi.
C. Tujuan laporan
a. mengetahui kemajuan dan perkembangan suatu masalah.
b. mengadakan pengawasan dan perbaikan.
c. mengambil suatu keputusan yang lebih efektif.
D. Syarat pembuatan laporan
a. menggunakan bahasa yang jelas, singkat, dan benar.
b. mengemukakan isi laporan dengan lengkap dan sistematis.
E. Jenis-jenis laporan
Menurut jenisnya laporan dibedakan atas laporan formal dan laporan non formal.
Laporan formal adalah laporan yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. ada halaman judul
b. ada surat atau pernyataan penyesalan
c. ada daftar isi
d. ada ikhtisar atau abstrak
e. ada pendahuluan, isi, dan penutup
Laporan non formal adalah laporan yang tidak memenuhi beberapa unsur formal di atas.
Laporan ini bersifat pribadi yang disesuaikan dengan kepentingan penulisannya.
F. Bentuk laporan
Berdasarkan bentuknya laporan dibedakan atas:
a. Laporan berbentuk formulir isian
b. Laporan berbentuk surat
c. Laporan berbentuk memorandum atau nota
d. Laporan jurnalistik
e. Laporan ilmiah/penelitian (makalah, skripsi tesis, dan disectasi)
f. Laporan percobaan
g. Laporan hasil pengamatan
h. Laporan perjalanan

KOMPETENSI 7
Ringkasan Materi
A. Makna leksikal
Makna leksikal ialah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata yang lainnya
dalam sebuah struktur (frase, klausa, atau kalimat). (Soejito, 1992 : 52)
Contoh:
1. rumah ‘bangunan untuk tempat tinggal manusia’
2. makan ‘menguyah dan menelan sesuatu’
3. ayah ‘orang tua laki-laki; bapak’
Makna gramatikal ialah makna baru yang timbul akibat terjadinya proses gramatika
(pengimbuhan/pengulangan/pemajemukan)
Contoh:
1. berumah ‘mempunyai rumah’
2. rumah-rumahan ‘yang menyerupai rumah’
3. rumah makan ‘rumah tempat makan’
kata lugas seperti di, dari, untuk, jika, dan karena memiliki makna gramatikal

B. Perubahan Makna
Jenis-jenis perubahan makna
1. Meluas maksudnya kata yang sekarang lebih luas maknanya dari kata yang dahulu
Contoh: Kata bapak semula bermakna orang tua laki-laki sekarang meluas menjadi
bapak guru, bapak kepala sekolah dan lain-lain
2. Menyempit yakni kata yang semula luas namun kini maknanya menyempit.
Contoh: kata ahli sebelumnya bermakna anggota atau orang yang termasuk dalam
golongan kata ahli bedah sekarang bermakna orang yang makin dalam
bidang tertentu.
3. Amelioratif yakni makna kata yang baru nilai raga katanya lebih baik atau lebih
tinggi dari makna sebelumnya.
Contoh: kata wanita lebih tinggi daripada kata perempuan
4. Peyorasi yakni makna kata yang sebelumnya dianggap/dirasakan tinggi atau baik kini
dianggap lebih rendah daripada istri.
Contoh: kata bini dianggap lebih rendah daripada istri.
5. Asosiasi yakni perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh: Orang itu memberikan amplop kepada orang yang mewawancarainya
(dianggap uang sogok)
6. Sinestesia yakin perubahan makna akibat perbedaan pandangan antara dua indera
yang berbeda.
Contoh: Wajahnya manis sekali (kata manis ditujukan untuk indera perasa)

C. Sinonim Kata
Sinonim ialah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama.
Contoh:
(1) Yang sama maknanya:
Sudah – telah
Sebab – karena
Meskipun – walaupun – biarpun – sungguhpun
(2) Yang hampir sama maknanya:
mati – meninggal – wafat – gugur
melihat – mengerling – menatap – menengok
baik – bagus – indah – permai – molek – cantik
Kata-kata bersinonim seperti contoh-contoh di atas, maknanya tidak benar-benar sama.
Dapat dikatakan jarang ada kata-kata bersinonim mutlak, yang maksudnya sama seratus
persen. Meskipun dengan memperhatikan antara lain:
(a) makna dasar dan makna tambahannya;
(b) nilai rasanya (makna emotifnya);
(c) kelaziman pemakaiannya (kolokasinya); dan
(d) distribusinya.

D. Polisemi ialah satu kata yang memiliki makna banyak (ganda/lebih dari satu)
Contoh:
(1) Andre jatuh dari motor.
(2) Harga dolar jatuh.
(3) Perusahaan jatuh.
(4) Kakak jatuh dalam ujian.
Pada kalimat (1) kata jatuh bermakna lugas (apa adanya) sedangkan kalimat (2), (3), dan
(4) bermakna kias. Makna kata jatuh berbeda karena konteks kalimatnya.
Isitilah polisemi dengan homonim berbeda.

E. Hiponim
Hiponim ialah kata-kata yang tingkatnya ada di bawah kata yang menjadi
superordinat/hipernim (kelas atas)
(Soedjito, 1992 : 88)
Contoh:
1. Kata bunga merupakan superordinat sedangkan mawar, melati, anggrek, flamboyan
dan sebagainya merupakan hiponim. Hubungan mawar, melati, anggrek, dan
flamboyan disebut Icohiponim

Kata burung merupakan superordinat atau hiponimnya. Hiponimnya adalah merpati,
gelatik, nuri, dan perkutut.

F. Ungkapan (Idiom)
Ungkapan (idiom) adalah kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna
khusus makna unsur-unsurnya sering menjadi kabur.
Contoh:
1. kambing hitam – orang yang dituduh atau dipersalahkan.
2. makan angin – berjalan-jalan untuk mencari hawa bersih.
– duduk-duduk sekadar menghasilkan waktu.
3. makan tangan – kena tinju (pukul).
– beruntung besar (dengan tidak sangka-sangka).
G. Peribahasa
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya
mengiaskan maksud tertentu.
Contoh:
1. Seperti pinang dibelah dua
Artinya: dua orang yang serupa benar
2. Makan hati berulam jantung
Artinya: bersusah hati karena perbuatan salah seorang teman karib.
3. Makan bubur panas-panas.
Artinya: terlalu berharap akan berolah rezeki lalu bertindak tergesa-gesa sehingga
kecewa jadinya.

H. Majas
Majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang
lain.
Majas dikelompokkan atas:
a. majas perbandingan
b. majas pertentangan
c. majas pertautan
d. majas perulangan

1. Majas perbandingan
a. Perumpamaan ialah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berkaitan dan
sengaja dianggap sama.
Contoh: Bagai kaambing dihalau ke air.
b. Metafora ialah perbandingan yang implisit tanpa kata pembanding.
Contoh: Kapan Anda bertemu dengan kembang desa itu?
c. Personifikasi ialah perbandingan yang melukiskan benda mati seolah-olah hidup.
Contoh: Banjir bandang telah menelan korban manusia.
d. Alegori ialah majas yang mengandung sifat-sifat moral manusia.
Contoh: Mendayung bahtera rumah tangga.
2. Majas Pertentangan
a. Hiperbola ialah majas yang menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan.
Contoh: Suaranya menggelegar membelah angkasa.
b. Litotes ialah majas yang menyatakan berlawanan, memperkecil, atau memperhalus
keadaan.
Contoh: Terimalah pemberian yang tidak berharga ini.
c. Ironi ialah majas yang menyatakan makna yang bertentangan atau sebaliknya dengan
maksud menyindir.
Contoh: Pagi benar engkau datang, baru pukul delapan.
d. Paradoks ialah pengungkapan suatu kenyataan yang seolah-olah bertentangan, tetapi
mengandung kebenaran.
Contoh: Hidupnya mewah, tetapi tidak bahagia.
3. Majas Pertautan
a. Metonimia ialah majas yang memakai nama ciri atau hal yang ditautkan dengan
orang, barang sesuai penggantinya.
Contoh: Dia suka mengisap Djisamsu.
b. Sinekdok
2a. Parsprototo ialah penyebutan sebagian untuk maksud keseluruhan
Contoh: Saya tidak melihat batang hidungnya.
2b. Totem Protaparte ialah penyebutan keseluruhan untuk maksud sebagian.
Contoh: Indonesia meraih medali emas dalam pertandingan itu.
c. Alusio ialah majas yang menunjuk secara tidak langsung kesuatu peristiwa dengan
menggunakan peribahasa.
Contoh: Menggantung asap saja kerjamu sejak tadi. (membual, omong kosong)
d. Eufeumisme ialah majas yang halus sebagai pengganti ungkapan.
Contoh: Pemerintah mengadakan penyesuaian harga BBM, (menaikkan)

Majas Metonimia merupakan majas yang menggunakan ciri seseorang untuk
mewakili/menyebutkan seseorang, misalnya si hitam.

Tinggalkan komentar